Login With Facebook

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

RESAH YANG KU TULIS



Hati yang tak berucap
bibir tak bersuara tanpa tanda darimu
Dan sekujur tubuh kaku; lunglai
                Begitu pula denyut nadi meleleh terbakar duka
                               
Kata-kata yang kugenggam
Tersulut gerah pada didih darah yang berarak
Renungan yang kusulam
Tercecer bersama tangis di pusara hati yang teriris
                Dan raga mendidih:
getir meneguk resah yang tertulis

Barangkali hari ini bukan milikku
Hari ini adalah harapan yang tertunda
Demi secuil senyum darimu
Yang sebenarnya tak pernah nyata mampu ku baca

Nuansa hati:
                Melukis setiap resah didinding harap
                Menulis setiap resah dilembaran nalar
  

Haris Nrs.
Bogor, 2008

ARTI CINTA



JANGAN tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.
Semoga kamu menemukan orang seperti itu.

ADA saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata.
Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.

BERMIMPILAH tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi. Jadilah seperti yang kamu inginkan, Karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

SEMOGA kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.

KETIKA satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acap kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

SAHABAT terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun , dan kemudian kami meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.

SUNGGUH benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

PANDANGLAH segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang lain pula.

KATA-KATA yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.

                AWAL dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.

                ORANG-ORANG yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

MUNGKIN Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.

HANYA diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.

KEBAHAGIAAN tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

CINTA adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap perduli padanya.

HAL yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.

CINTA dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.

CINTA datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.

SUNGGUH menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.

MASA depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan. Kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.
JANGAN pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup, jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

MEMBERIKAN seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu. Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.

ADA hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian, janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.

WAKTU kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum. Jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.


Haris Nrs.
Bandung-Sukabumi, 2008

25 NASIHAT LUQMAN AL-HAKIM


Dengan apa yang telah diterangkan oleh AL-Quran berhubung dengan Luqman Al-Hakim para ulamak telah memperincikan lagi perbicaraan Luqman dengan anak-anaknya. menerusi satu riwayat dalam kitab Tafsir Ruhul Ma'ani dan Kitab Hidayatul Mustarsyidin bahawa Luqman telah memberikan anaknya dua puluh lima wasiat iaitu :

1.       Hai anakku, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam dan banyak  manusia yang karam di dalamnya.  Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama takwa, isinya ialah iman dan layarnya ialah tawakkal kepada Allah.

2.       Orang-orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, yakin dirinya akan mendapat penjagaan daripada Allah S.W.T. Orang yang insaf dari kesalahan setelah menerima nasihat daripada orang lain, dia akan sentiasa menerima kemuliaan dari Allah S.W.T. jua.

3.       Hai anakku!  Orang yang merasa dirinya lebih rendah di dalam beribadah dan taat kepada Allah, maka orang itu akan sentiasa tawadhuk kepada Allah, dia akan lebih dekat kepada Allah dan sentiasa menghindarkan dirinya daripada melakukan maksiat.

4.       Hai anakku!  Seandainya orang tuamu memarahimu, maka marahnya itu sebagai siraman air bagi tanam-tanaman yang kering kontang.

5.       Jauhilah dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu akan menjadikan dirimu hina di waktu siang dan hina di waktu malam.

6.       Dan selalulah berharap kepada Allah tentang sesuatu yang menyebabkan kamu menderhaka.  Takutlah kepada Allah dengan benar-benar takut, tentulah engkau akan terlepas dari sifat putus asa dari rahmat Allah S.W.T.

7.       Hai anakku! Seseorang pendusta itu akan lepas hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang, dan seseorang yang telah rosak akhlaknya akan sentiasa memikirkan dan mengkhayalkan perkara-perkara yang tidak benar. Ketahuilah bahwa memindahkan batu besar yang berat dari tempat asalnya adalah lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang-orang yang tidak mahu mengerti.

8.       Hai anakku!  Engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu yang besar dan besi yang amat berat, tetapi adalah lebih berat daripada itu semua apabila engkau mempunyai jiran tetangga yang jahat.

9.       Hai anakku!  Janganlah sekali-kali engkau mengirimkan utusan melalui orang bodoh dan jahat.  Maka bila tidak ada orang yang baik dan cerdik, sebaiknya engkau sendiri sajalah yang menjadi utusan.

10.   Jauhilah sejauh-jauhnya sifat berdusta, sebab berdusta itu ketika sekali mengerjakannya bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja perbuatan dusta yang dilakukan akibatnya dan bahayanya amat besar.

11.   Hai anakku!  Bila engkau menghadapi dua pilihan, menziarahi orang mati atau menghadiri mailis perkahwinan, maka hendaklah engkau memilih menziarahi orang mati.  Sebab menziarahi orang mati itu akan mengingatkan kamu kepada akhirat, sedangkan menghadiri majlis perkahwinan itu hanyalah akan mengingatkan kamu kesenangan duniawi sahaja.

12.   Janganlah engkau makan atau minum yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu akan merosakkan diri dan pemikiranmu, dan alangkah baiknya makanan yang lebih itu diberikan kepada anjing sahaja.

13.   Hai anakku!  Janganlah engkau menelan terus sesuatu makanan kerana manisnya, dan janganlah terus engkau memuntahkan sesuatu barang kerana pahitnya.  Kerana manis itu belum tentu mendatangkan kesegaran dan belum tentu yang pahit itu mendatangkan musibah.

14.   Makanlah makananmu bersama-sama orang yang takwa, dan musyawarah segala urusanmu dengan para alim ulama dengan cara memohon nasihat daripadanya.

15.   Hai anakku!  Bukanlah suatu kebaikan namanya apabila engkau selalu mencari ilmu tetapi tidak engkau mengamalkannya.  Hal itu tidak ubahnya seperti orang yang mencari kayu api, setelah banyak terkumpul maka dia tidak mampu memikulnya padahal dia masih terus mengumpulkannya.

16.   Hai anakku!  Apabila engkau ingin mencari teman sejati, maka ujilah terlebih dulu dengan perkara yang menaikkan kemarahannya.  Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha untuk menginsafkan engkau, maka bolehlah engkau ambil sebagai kawan, dan sekiranya bukan demikian maka berhati-hatilah engkau terhadapnya.

17.   Perbaikkanlah tutur katamu, halus budi bahasamu dan manis wajahmu, kerana engkau akan disukai orang yang melebihi sukanya terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga kepadanya.

18.   Hai anakku!  Apabila engkau berteman, jadikanlah dirimu orang yang tidak pernah mengharapkan daripadanya. Namun biarlah dia mengharapkan sesuatu daripadamu.

19.   Jagalah dirimu dalam setiap perkara sebagai seorang yang tidak berhajatkan kepada pujian atau sanjungan dari orang lain, kerana penguasaannya itu akan menyebabkan diri kamu beroleh.

20.   Hai anakku! Usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata busuk, kotor dan kasar kerana engkau akan lebih selamat apabila berdiam diri.  Kalau berbicara, usahakanlah agar dirimu akan mendatangkan manfaat kepada orang lain.

21.   Hai anakku!  Janganlah engkau cenderung kepada dunia semata-mata dan hatimu jangan disibukkan dengan urusan dunia semata-mata, kerana engkau diciptakan Allah bukannya untuk urusan dunia sahaja.  Tidak ada orang yang lebih hina melainkan orang yang terpedaya dengan dunia semata-mata.

22.   Hai anakku!  Janganlah engkau terlalu mudah ketawa kalau bukan perkara yang menggelikan, jangan engkau berjalan tanpa tujuan pasti, janganlah engkau menanyakan sesuatu yang tidak ada gunanya bagi diri kamu dan janganlah engkau mensia-siakan harta dunia kamu.

23.   Barangsiapa yang penyayang, sudah tentu akan disayang, siapa yang suka berdiam diri sudah tentu akan selamat daripada berkata-kata tentang perkara yang mengandungi racun, dan barangsiapa yang tidak mampu menahan lidahnya daripada berkata kotor, sudah tentu akan menyesal.

24.   Hai anakku!  Bergaul mesralah dengan orang alim dan berilmu. Perhatikanlah kata-kata dan nasihatnya kerana sesungguhnya akan sejuk hati kamu mendengar nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata alim ulama bagaikan tanah yang subur disirami air hujan.

25.   Hai anakku!  Ambillah harta dunia sekadar keperluanmu, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk akhirat.  Jangan engkau tendang dunia ini ke bakul sampah, kelak diri kamu akan menjadi pengemis yang membebankan orang lain.  Sebaliknya jangan engkau rangkul dunia ini dan meneguk habis kerana sesungguhnya semua yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Jangan engkau bertemankan orang bodoh dan orang yang bermuka dua, kerana akan aniayakan diri kamu.


Wallahu'alam

"Bila Jodoh Tak Kunjung Tiba"


Assalamu`alaikum wr. wb.
Sahabat2 Rahimakumullah,Berikut saya fwd article dari majalah Ummi,


Kenyataan sehari2 ini sering meresahkan terutama sahabat2ku Ikhwan & Akhwat, tapi sebenarnya apabila kita mencermati lebih jauh, hal tsb merupakan tanda kasih sayang Allah kepada kita, kenapa ? Karena Allah lah yang paling tahu akan kebutuhan hamba-Nya. Mungkin dari bekal "ruhiyah" atau mungkin "jasadiyah". Disini lagi2 kita diharuskan untuk berhikmah dalam setiap hal, kemudian membuat action plan yang sesuai dengan kaidah2 syar'i... Nah..lho,.. :) Kembali lagi, kepada manusia, bahwa segala sesuatu harus di IKHTIYARKAN, disamping kita juga harus ikhtiyar dalam diri pribadi kita dengan terus menempa diri dengan bekal2 ruhiyah ataupun yang lain, adalah tanggungjawab sosial kita pula. Kalau saya baca kisah2 di jaman Rasulullah dulu,bahwa urusan jodoh adalah termasuk urusan ULIL AMRI, tapi rupanya ulil amrinya kemaren sedang disibukan dengan sembako, kemudian partai dan sekarang sibuk ama urusan Rudi Ramli dan Xanana, he he he, justkidding. Nah diatas baru salah satu saja, alternatif tinjauan kewajiban sosialnya saja, mau lengkap, bagaimana keterkaitan, peran & tanggung jawab sosial dalam urusan BARANG yang satu ini, silahkan cermati article berikut, syukur 2 kalau mau dikomentarin lebih lanjut...Begitulah komentar dari saya, minta maaf kalau terkesan "sok tahu"... hehe he,( abis sepi banget sih... milisnya ) Jazakumullah khairan katsiran.
Wassalam, Haris.

Bila Jodoh Tak Kunjung Tiba. Pasangan hidup adalah belahan jiwa. Tempat hati menemukan ketentraman dan kasih sayang. Tak heran, sebelum berjumpa dengannya, jiwa selalu mendamba. Konon jodoh seperti rezeki. Kadang muncul tanpa diduga, tetapi sering luput walau sudah jatuh bangun mengejarnya. Banyak cara manusia berburu jodoh. Dijodohkan barangkali cara paling tua. Biasanya orang tua atau kerabat yang lebih tua berperan dominan. Calon yang dipilihkan kadang masih terhitung kerabat atau tetangga yang sudah dikenal bobot,bibit dan bebetnya. Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat, seorang konsultan keluarga, perjodohan oleh orang tua merupakan salah satu cara yang baik,"Orang tua biasanya pandangannya lebih jauh, lebih ke depan. Misalnya, dulu itu orang dijodohkan orang tua karena orang tua kenal betul keturunannya. Kalau anak-anak sekarang kan enggak begitu....," ungkap Zakiah. Menjaga hubungan silaturahmi adalah salah satu alasan orang tua menjodohkan anaknya. Banyak pasangan telah membuktikan keampuhan cara ini. Perkawinan pasangan tua yang langgeng puluhan tahun merupakan bukti keberhasilannya. Namun, ada juga orang tua yang menjodohkan anak dengan motivasi lain misal karena harta atau kedudukan. Motivasi ‘tertentu’ tersebut seringkali melahirkan pemaksaan kehendak terhadap anak. Alhasil, tak sedikit rumah tangga yang berakhir tragis. Beberapa dekade belakangan perjodohan lewat orang tua atau kerabat tak lagi populer. Bahkan kerap dicandai sebagai cara mencari jodoh ala zaman Siti Nurbaya Pengaruh budaya dan nilai dari luar telah mengubah cara pandang sebagian masyarakat. Mencari pasangan sendiri lebih disukai. Supaya lebih sesuai dengan selera dan aspirasi, barangkali. Sebelum memasuki jenjang perkawinan, masing-masing pihak merasa perlu mengenal calon pasangan hidupnya lebih jauh. Akhirnya, orang tua pun menyerahkan sepenuhnya pada anak. Muncullah "tradisi" pacaran. Dalam perkembangannya pacaran kemudian menyimpang menjadi sekedar ajang "bersenang-senang" dengan lawan jenis tanpa ikatan dan komitmen yg belum jelas. Bahkan belakangan batasan tentang interaksi antar pacar menjadi semakin permisif dengan titik ekstrim, berzina. Pacaran sebagai cara mencari jodoh menurut Zakiah mempunyai kelemahan. "Menurut saya, ketika orang berpacaran, maka pada saat itu mereka menjadi buta. Biasanya yang jelek pun jadi terlihat baik. Cinta membuat semua keburukan akan terlihat baik-baik saja. Katakanlah kebaikannya ada 3, kejelekannya ada 9, bisa-bisa yang kelihatan cuma yang 3 itu saja. Pacaran juga bukan jaminan rumah tangganya akan baik. Ada yang sudah pacaran 10 tahun, terus tidak jadi menikah. Semakin lama pacaran kan bikin orang bosan semua. Dalam agama sebenarnya pacaran tidak diperkenankan. Apalagi dengan gaya pacaran sekarang yang cenderung serba bebas," kata Zakiah menjelaskan lebih lanjut. Biro Jodoh, Why Not ... Bila orang tua sudah ‘lepas tangan’, sementara tradisi pacaran saat ini membuat ‘ngeri’, apa yang harus dilakukan? Ketika itu orang mulai berpikir tentang cara lain. Saat usia semakin bertambah dan keinginan untuk berumah tangga semakin kuat, atau kesibukan yang sangat tinggi membuat biro jodoh menjadi alternatif yang banyak dilirik. Setidaknya rubrik biro jodoh di koran dan media lain membuktikan hal itu. Setiap minggu dapat dijumpai deretan kode dan spesifikasi orang yang ingin mendapatkan pasangan. Kadang ada pula iklan tentang pertemuan sebagai ajang saling kenal bagi anggota biro jodoh tertentu. Namun, tak semua orang memiliki kesiapan untuk menjadikan biro jodoh sebagai alternatif. Masih banyak orang merasa malu menjadi anggota biro jodoh. Dalam pandangan mereka, tidak pantas bagi wanita bertindak agresif menyodor-nyodorkan diri. Selain itu ada pula anggapan, menjadi anggota biro jodoh identik dengan mengakui ketidakmampuan diri mencari pasangan. Dianggap sebagai orang yang tidak pandai bergaul. Lebih kasar lagi dianggap sebagai orang yang tidak laku. Sehingga, biro jodoh adalah alternatif terakhir ketika semua jalan telah buntu. Ini diperkuat dengan data, mayoritas peserta biro jodoh berusia ‘rawan’ nikah. Image negatif tentang biro jodoh tidak terlepas dari cara-cara yang dilakukan oleh biro jodoh itu sendiri. Misalnya, memampang data anggota dengan gaya vulgar. Dalam beberapa kasus, terjadi tindak pelecehan baik dilakukan oleh pengelola atau sesama anggota (lihat box). Kondisi ini makin membuat orang ‘pikir-pikir’ untuk menjadi anggota biro jodoh. Haruskah kenyataan ini membuat kita mundur? Menurut Erry Soekresno, psikolog, kita tidak perlu malu menjadi anggota biro jodoh. Ini lebih baik ketimbang malu tanpa usaha apa-apa. Bahkan akhirnya stres. Masalahnya sekarang tinggal bagaimana memilih biro jodoh yang baik. Sebab diperlukan adanya syarat-syarat tertentu untuk menilai baik tidaknya sebuah biro jodoh. Peran Biro Jodoh Biro jodoh sebagai alternatif diakui oleh Prof. DR. Zakiah Darajat dan DR. H. Setiawan Budi Utomo, seorang pakar syariah Islam. "Biro jodoh merupakan sarana yang baik untuk mencari jodoh. Sekarang ini kan orang banyak lari ke dukun, paranormal dan sebagainya untuk mencari pasangan. Dari pada melakukan cara-cara syirik tersebut, mengapa tidak coba dengan biro jodoh?" demikian Setiawan Budi. Tentu saja ada prinsip-prinsip yang tidak boleh dilanggar oleh lembaga perjodohan tersebut. Prinsip-prinsip tersebut menurut Setiawan adalah :
1.       Ta’awanu ‘alal birri wat taqwa, bahwa pernikahan adalah perwujudan dari kebajikan dan ketaqwaan. Oleh karena itu, harus melalui proses yang baik.
2.       Perjodohan itu bukan sekedar mempertemukan dua orang manusia. Karena itu harus mempertimbangkan kriterianya. Ada hak untuk memilih, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Dalam memilih bukan sekedar memilih karena kecantikan / ketampanannya. Disini biro jodoh berperan sebagai mediator atau mungkin lebih tepat disebut sebagai konsultan pernikahan. Rasulullah SAW seringkali dimintakan pendapatnya tentang perjodohan. Pernah ada seorang wanita yang datang kepada beliau dan minta pertimbangan tentang dua orang yang menjadi calon suami. Kemudian Rasulullah memberikan pendapatnya, calon yang pertama itu ringan tangan (suka memukul) dan calon yang kedua orangnya pelit. Pilihan diserahkan pada yang bersangkutan. Fungsi biro jodoh, lanjut Direktur Pusat Terjemah El Aufia ini adalah untuk menjembatani orang-orang yang memerlukan bantuan mendapatkan jodoh yang shaleh dan shalehat. Secara informal, fungsi ini sudah lama dijalani oleh orang-orang yang memahami Islam dengan baik. Seperti yang dilakukan oleh forum-forum kajian Islam. Ustadz atau ustadzahnya menjadi perantara perjodohan murid-muridnya. Ada seorang ustadzah yang telah berhasil menjodohkan lebih dari dua puluh orang. Alhamdulillah, rumah tangga mereka berjalan dengan aman-aman saja. Adanya biro jodoh ‘formal’ membuka peluang lebih luas bagi orang yang ingin menikah dengan pasangan yang shaleh/shalehat. Jangan Asal Pilih Dalam memilih biro jodoh, Zakiah Darajat menekankan perlunya birojodoh yang bertanggungjawab, jangan asal pilih. Tanggung jawab disini menurut beliau setidaknya harus memenuhi beberapa kriteria. "Biro jodoh ituharus bertanggungjawab akan kebenaran data-data yang masuk. Selain itu, data-datanya juga harus lengkap, jangan setengah-setengah. Biro jodoh juga harus memberikan bimbingan atau konsultasi psikologi kepada pesertanya. Karena berdasarkan pengalaman saya selama menjadi konsultan keluarga, kebanyakan pasangan yang tidak dapat mempertahankan rumah tangganya adalah karena mereka tidak dapat memahami satu sama lain," papar wanita yang baru-baru ini menerima bintang Mahaputera dari Presiden Habibie. Setiawan Budi juga menekankan perlunya tanggung jawab pengelola biro jodoh. "Pelaksananya ini harus bertanggunjawab untuk menseleksi orang-orang yang ikut biro jodoh. Apakah ia benar-benar orang yang serius dan bertanggungjawab, atau sekedar iseng-iseng belaka. Prinsip dasarnya adalah ta’awun (bekerja sama) menolong karena Allah, jangan semata-mata ajang bisnis." Kemudian, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk memilih jodohnya. Jangan sampai perempuan hanya menjadi obyek saja. Perempuan berhak pula untuk melihat. Pertemuan yang dilakukan juga harus dalam rambu-rambu yang benar, jangan sekedar pesta-pesta.

Bagi Setiawan, biro jodoh yang baik memiliki empat kriteria.
1.       Ikhlas. Mengelola biro jodoh termasuk ibadah juga. Nikah itu kansarana untuk menunjang orang beribadah.
2.       Selektif. Maksudnya menjaga dari orang-orang yang iseng.
3.       Mengedepankan kaidah ‘mempermudah jangan mempersulit’.
4.       Memperhatikan kufu’ (kesepadanan). Selain itu, menurut Zakiah biro jodoh seharusnya juga dapat menjamin kerahasiaan anggota. Para pengelola harus dapat mengatur mekanisme pertemuan dengan cara yang ma’ruf. Mengenai citra negatif yang terlanjur melekat pada biro jodoh, Setiawan Budi berpendapat, ini dapat diminimalisir dengan mengubah pandangan kita tentang biro jodoh. Jangan jadikan biro jodoh sebagai alternatif terakhir, tapi jadikan ia sebagai sarana efektif untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik. Ada baiknya biro jodoh tidak membatasi usia anggota biro jodoh. Berapa pun, sepanjang dinilai layak nikah (serius dan matang) ia dapat diterima dan diproses bila ada kecocokan. Artinya daftar antrian pun tidak semata-mata berdasarkan usia. Selain itu, kita jangan menggantungkan harapan sepenuhnya pada biro jodoh. Ingatlah, jodoh itu ditangan Allah. Kita cuma berusaha. Dengan pemahaman ini, motivasi memasuki biro jodoh bukan semata-mata mencari pasangan. Tapi dapat juga dijadikan sebagai sarana menimba ilmu atau bekalan untuk berumah tangga. Bila biro jodoh sudah memenuhi kriteria diatas, dan kita pun telah memiliki image positif tentang biro jodoh, mengapa tidak mencoba?(Ina/DSW)


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sekedar menanggapi sekaligus biar lebih rame.... :-) Benar sahabat bilang, kita memang harus berusaha, berikhtiar apapun bentuk ikhtiar, sepanjang yang kita lakukan itu untuk tujuan yang benar Insya Allah akan memperoleh ridlo-Nya. Seringkali dalam upaya ini banyak kendala terjadi yang meyebabkan keputus-asaan, karena apa yang kita pohonkan belum tercapai juga. Kenyataan ini bukan hanya karena "kekurang-siapan" kita mendapatkannya, bukan. Maaf sahabatku bukan maksud saya untuk membuat 'front' baru......:). Masih segar dalam ingatan kita kisah yang dikirim di beberapa milis tentang keputus-asaan seorang hamba Allah karena do'anya yang belum juga dikabulkan. Saat dia menghentikan do'a itu bermimpilah, salah satu dialog yang muncul saya cuplikan sbb : "Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan diriku yang sempurna ini. Karena Engkau tidak mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah terus beralasan bahwa semua tergantung dari-Mu. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap bahwa diriku sudah dekat denganMu !" Ampuni aku yaa Al 'Aziiz, yaa Al Ghofuurur Rohiim!". Tersentak beliau, itu..._u kata-kataku semalam_ ...celaka, pikirnya. Kemudian terdengar suara lagi : "Sayang sekali, padahal Aku sangat menyukainya, sangat mencintainya, dan Aku paling suka melihat wajahnya yang terpendam menangis, bersimpuh dengan menengadahkan tangannya yang gemetar kepadaKu, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepadaKu, dengan pemintaan-permintaannya kepadaKu, sehingga tak ingin cepat-cepat Kukabulkan apa yang hendak Aku berikan kepadanya agar lebih lama dan sering Aku memandang wajahnya, Aku percepat cintaKu padanya dengan Aku bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan. Aku sangat menyukai keikhlasan hatinya disaat Aku ambil putranya, disaat Kuberi ia cobaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya. Aku rindu kepadanya... rindukah ia kepadaKu, hai malaikat-malaikatKu ?" Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah beliau atas pernyataannya semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak terdengar, bising dalam hatinya karenanya. "Ini aku Yaa Robbi, ini aku. Ampuni aku yaa Robbi, maafkan kata-kataku !" semakin takut rasanya ketika tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya terasa hangat di pipinya. Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii... Segeralah ia berwudhu, dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu', kembali ia sholat dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali ia bermunajat dan berbisik-bisik dengan Al-Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya. "...aa Allah, Yaa Robbi jangan engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu, ini aku hambaMu yang tidak pintar berkata manis, datang dengan berlumuran dosa dan segunung masalah dan harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku rela...aa Allah, aku rindu padaMu..._" Semoga menambah keimanan dan ketekunan kita dalam mengerjakan sholat lail...amiin. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

BERSEDIAKAH ANDA?


Islam menekankan bahawa kesedaran dan persediaan seseorang bagi alam akhirat itulah yang menentukan kebijaksanaannya.

            “Orang yang benar-benar bijak ialah yang berjaya mengawal nafsunya dan bersedia untuk kehidupan setelah kematian.”

Ada sebuah kisah mengenai Bahlul, seorang yang bersifat sederhana sehingga dipandang remeh oleh masyarakat.  Khalifah Harun al-Rasyid memberi kelonggaran kepadanya untuk masuk ke istana, barangkali kerana sikap Bahlul yang pandir itu menjadi hiburannya.  Pada suatu hari, Khalifah memberi Bahlul sebatang tongkat seraya berkata, “Tongkat ini ialah untuk orang yang paling bodoh di dunia.  Kalau kamu menjumpai seorang yang lebih berhak memilikinya daripada diri kamu, serahkanlah tongkat itu kepadanya.”  Beberapa tahun kemudian, Khalifah jatuh sakit sehinggakan tiada ubat yang dapat menyembuhkannya.  Bahlul menziarahi beliau dan menanyakan akan keadaannya.  Beginilah lebih kurang perbualan mereka:

Harun  :  Tiada penawar yang dapat memulihkanku.  Aku sudah terbayangkan jalan penghabisan yang terbentang di hadapan.
Bahlul  :  Kemana Tuan akan pergi?
Harun  :  Aku akan melangkah ke Dunia Lain.
Bahlul  :  Berapa lamakah Tuan akan tinggal di sana? Bilakah Tuan akan pulang?
Harun  :  Tiada sesiapa pun yang akan pulang dari Dunia itu.
Bahlul  :  Kalau begitu, tentu Tuan sudah membuat persiapan awal.  Apakah Tuan sudah mengirimkan pasukan pengawal yang akan menjaga Tuan di sana?
Harun  :  Bahlul, kita perlu ke sana bersendirian. Dan tidak, aku tidak membuat sebarang persiapan.
Bahlul  :  Amir-ul-Mu’minin! Tuan selalunya mengerahkan askar untuk membuat persiapan teliti untuk pengembaraan Tuan ynag hanya beberapa hari lamanya. Sekarang Tuan hendak perggi ke tempat di mana Tuan akan tinggal selamanya sedangkan Tuan belum membuat apa-apa persiapan!  Saya rasa saya telah menjumpai orang yang lebih berhak memiliki tongkat yang pernah Tuan berikan kepada saya beberapa tahun yang lalu.

Kisah ini memberi pengajaran kepada kita semua. Kita mungkin bukan raja tetapi kita juga merancang perjalanan kita yang selama beberapa hari dengan penuh ketelitian. Bagaimana kalau kita turut membuat persiapan lengkap untuk penghijrahan kita ke alam abadi?  Bagaimana kalau kita menjadikan alam akhirat sebagai sandaran perjuangan kita di dunia ini?

Kalau kita benar-benar mengambil berat terhadap kehidupan yang menanti di akhirat, kehidupan kita di dunia ini akan menjadi lebih bermakna.  Dunia ini adalah jerat.  Di dunia, kita tidak dihukum serta-merta apabila melakukan dosa.  Ini membuat kita tidak serik dan lupa bahawa kita tidak dapat lari dari ‘azab Allah SWT.  Mengingati kematian dapat menyelamatkan kita dari perangkap tersebut.  Seseorang yang mengingati bahwa beliau akan bertemu Penciptanya kelak untuk diadili tentu tidak tergamak mendurhakai Tuhan!

Kematian merupakan noktah dalam bicara keduniaan. Mengingati kematian pula dapat menginsafkan kita akan hakikat kehidupan dunia dan akhirat.  Sebelum terlambat.

Hanya orang yang benar-benar bijak sahaja yang berjuang setiap hari dalam hidupnya seolah-olah esok ajalnya akan tiba.

Berbagi dengan Allah


Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih
Segala puji bagi Allah, tuhan sekalian alam
Maha Pemurah, Maha Pengasih
Penguasa hari pembalasan
Hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan
Tunjukilah kiranya kami jalan yang lurus

Jalan mereka yang Kaulimpahi anugerah, bukan mereka yang kena murka dan bukan mereka yang sesat. (Q. 1:1-7)

Segala puji bagi Allah, yang dengan kasih sayang-Nya telah menghadiahkan kepada kita surah Fatihah.

Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kepada kita ayat-ayat penghibur yang demikian bagus, ayat-ayat kecintaan yang selalu kita ulang-ucapkan dan kita ulang lagi dengan sayang, ayat-ayat pegangan di tengah gejolak hidup dunia dan bekal kita menempuh perjalanan akhirat yang jauh dan panjang.

Segala puji bagi Allah yang telah membuatkan untuk kita sebuah gerbang tempat kita bisa berbisik-bisik kepada-Nya dalam sembahyang, tempat orang terhormat, kaya, sukses, megah dan bangga dipaksa mendarat ke landasan semula dan mendapati kembali jati dirinya yang sama sekali tidak berlebih atau berkurang dari orang kebanyakan, tempat orang-orang melarat, gagal, bingung, terlempar, hina, ditindas, ditipu, dikhianati, dijauhi hampir semua orang dan memang tidak dianggap berguna, bisa mengangkat tangan arah telinga, mengucapkan takbir pertama dan mulai melafalkan ayat-ayatnya, dan boleh menangis karena memperoleh Kawan Sejati, tumpuan mencurahkan seluruh ihwal hati, mendapatkan kesadaran betapa dirinya absah, hidupnya punya tujuan dan kehadirannya demikian berarti.

Segala puji bagi Tuhan yang telah menghadiahkan kepada kita sebuah simpul yang kecil sahaja, yang bisa kita ciumi, kita tempelkan di pipi dan kita lekatkan ke dada, sebuah rangkuman mungil dari keseluruhan sabda agung Kitab Suci. Surah Fatihah. Surah Fatihah. Dari Abu Hurairah r.a., dituturkan, Nabi s.a.w. bertanya kepada Ubay r.a.: "Maukah engkau kuberi tahu sebuah surah yang di dalam Taurat, atau Injil, juga Al-Quran, tidak diturunkan yang seperti itu?"

"Tentu saja, ya Rasulullah."

"Itulah Fatihatul Kitab," kata beliau. "Dialah Tujuh yang Diulang-ulang dan Quran yang Agung..."

Sembilan Buah Nama. Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat. Ini disepakati. Atau 27 kata (dalam bahasa aslinya), atau 140 huruf. (Al-Khazin, Lubabut Ta'wil, I:11). Para peneliti hanya berbeda pendapat mengenai ayat mana yang menjadikan surah ini tujuh ayat. Mayoritas ulama klasik Kufah memandangnya tujuh ayat bersama basmalah (lafal bismillah). Ini diriwayatkan dari sekelompok sahabat Nabi s.a.w. dan para tabi'in. Pendapat kedua: tujuh ayat tanpa basmalah. Dalam hal ini ayat ketujuh adalah Ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh-dhaalliin. Ini keyakinan mayoritas qari Madinah dan mereka yang setuju. (Ath-Thabari, Jami'ul Bayan, I:48).

Ada sejumlah nama untuk rangkaian ayat ini--dan banyaknya nama memang lazim menunjukkan kebesaran yang diberi nama. Pertama, Fatihatul Kitab. Disebut demikian karena dengan ayat-ayat itu Al-Quran dibuka, dengan itu penulisan mushaf-mushafnya dimulai, dan dengan itu pula sembahyang diawali. Kedua, surah Al-Hamd (Pujian)--karena dimulai dengan alhamdu lillah. Ketiga, Ummul Quran atau Ummul Kitab (umm = ibu), karena dia pondasi Al-Quran. Ada juga yang berkata: karena dia imam untuk semua surah yang mengiringinya dalam Al-Quran. (Al-Khazin: loc. cit.).

Atau, karena ia meliputi seluruh makna yang terkandung dalam Al-Quran. Yakni, pujian kepada Allah Ta'ala yang memang Dzat yang selayaknya, laku ibadah dengan menetapi perintah dan larangan, serta berita gembira dan ancaman. (Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf, I:23).

Mengenai pujian, yakni pengenaan sifat-sifat kesempurnaan pada Allah Ta'ala, itu jelas kiranya. Sedangkan ibadah yang dimaksudkan itu berada dalam Iyyaaka na'budu ("Kepada-Mu kami menyembah"). Karena ibadah adalah laku seorang hamba memenuhi tuntutan penyembahan dan apa yang membangun laku itu, seperti kepatuhan kepada semua perintah Al-Maula (Sang Pelindung) dan kepada larangan-Nya. Atau, faktor ibadah itu terletak di dalam ash-shiraathal mustaqiim ("jalan yang lurus"). Sebab yang dimaksudkan adalah agama Islam, yang mengandung hukum-hukum. Atau, di dalam alhamdu lillaah--karena ini pengajaran kepada para hamba, yang maknanya: "Katakan: 'Segala puji bagi Allah'..." Sedangkan perintah melakukan sesuatu yang bersifat wajib mengharuskan pelarangan apa saja yang menjadi lawannya.

Sementara itu, mengenai berita gembira dan ancaman, itu berada dalam an'amta 'alaihim ("Kaulimpahi anugerah") dan almaghdhuubi 'alaihim ("yang kena murka"). Atau dalam yaumid diin ("hari pembalasan"), karena ini mengandung faktor-faktor pahala dan hukuman.

Adapun maksud pembatasan tujuan-tujuan Al-Quran yang luhur itu ke dalam landasan yang tiga di atas adalah bahwa kitab suci ini diturunkan sebagai bimbingan kepada para hamba bagi pengenalan tempat berangkat dan tempat pulang. Yakni agar mereka menunaikan hak Pencipta dengan menuruti apa-apa yang Dia perintahkan dan Dia larang, dan menyimpan, dengan itu, pahala yang besar untuk negeri tempat berpulang.

Atau, dengan ungkapan lain, Al-Quran diturunkan untuk menjamin kebahagiaan insan, dan itu dengan mengenal pelindungnya dan menyambungkan diri kepada-Nya dengan segala sarana yang mendekatkannya dengan Dia dan menyingkiri segala yang menjauhkanya daripada-Nya. Tidak boleh tidak, untuk menjalin hubungan itu diperlukan pendorong. Dan itulah berita gembira (al-wa'd). Sedangkan untuk penyingkiran diri diperlukan penghardik, dan itulah ancaman (al-wa'iid). Kalaulah tidak dengan yang dua itu, tentulah kemalasan yang sangat alami itu menguasai jiwa, bertahta segala rangsang hawa nafsu makhluk manusia, sementara jiwa tertutup dari hadirat Cahaya akibat kegelapan yang tiap bagiannya lebih pekat dari yang selebihnya.

Surah Perbendaharaan. Tidak bisa dikatakan bahwa banyak surah dalam Al-Quran mengandung makna-makna tersebut. Tidak pula mereka dinamai Ummul Quran. Karena surah ini didahulukan dari segala surah yang lain di dalam letak ... sedangkan dia mengandung seluruh makna yang sudah disebut secara global, dengan tertib isi yang bagus, kemudian dirinci dalam surah-surah berikutnya, sehingga surah ini turun dalam posisi ibarat Mekah dibanding segala wilayah ... Maka seperti halnya Mekah menjadi ibu negeri (Ummul Qura), demikian pula Fatihah menjadi Ummul Quran (Induk Al-Quran). (Al-Jurjani, Hasyiah, dalam Zamakhsyari, op. cit.:23n-24n).

Tetapi dari jurusan kandungan itu juga ia disebut, sebagai nama keempat, surah Kanz (Perbendaharaan). Adapun dinamakannya dia surah Shalah, sebagai nama kelima, adalah karena ia, berkat pembacaannya dalam salat, menjadi surah yang utama atau yang memuaskan. (Zamakhsyari, op. cit.:24). Dengan kata lain, pewajiban pembacaan Fatihah di dalam salat menjadikan surah ini punya fadhilah (keutamaan), menurut mazhab Abu Hanifah, atau surah yang memuaskan menurut mazhab Syafi'i. (Jurjani, op. cit.:24n). Itu di samping, sebagai nama keenam, ia disebut juga surah Syifaa' (Obat) atau Syafiah (Yang Mengobati). (Zamakhsyari: loc. cit.).

Adapun nama ketujuh adalah yang disebut resmi dalam Al-Quran: As-Sab'ul Matsani (Tujuh yang Diulang), karena ia diulang-ulang melafalkannya di dalam salat, dibaca di tiap rakaat. (Al-Khazin: loc. cit.). Ibn Jarir meriwayatkan dari sumber pertama, Abu Raja', yang bertanya kepada Al-Hasan mengenai firman "Dan sungguh sudah Aku berikan kepada engkau Tujuh yang Diulang-ulang dan Quran yang Agung" (Q. 15:87). Kata Al-Hasan, "Itu Fatihatul Kitab (surah Fatihah)."

Lalu Al-Hasan kembali ditanya soal itu, "sedangkan aku (kata Abu Raja') mendengar." Al-Hasan lalu membaca surah tersebut: Alhamdu lillaahi rabbil' aalamiin, sampai ke penutup. Kemudian berkata, "Diulang di setiap pembacaan"--atau, katanya, "di setiap sembahyang" (keraguan dari Abu Ja'far Thabari). "Diulang" itulah yang dimaksudkan dengan al-matsaanii, sebagai nama lain dari Fatihah. Karena itu adalah Fatihah yang dimaksudkan Abu Najm Al-'Ajali dengan kata terakhir petikan kasidahnya berikut ini:

Alhamdu lillaahil ladzii 'aafaanii

Wa kulla khairin ba'dahuu a'thaanii

Minal Qur'aani wa minal Matsaanii

Puji Allah yang telah berkenan memelihara diriku ini

Dan segala yang baik yang Dia berikan kepadaku selain ini

Berupa Al-Quran serta Al-Matsani

(Thabari: loc. cit.).

Tetapi, bisa juga al-matsaanii berasal dari istitsnaa' (pengkhususan, pengecualian). Ini karena Allah mengkhususkannya hanya untuk umat Muhammad dan menyimpannya, tidak menurunkannya, kepada yang lain. Di samping itu, tidak tertutup kemungkinan ia disebut surah yang "berulang-ulang" karena diturunkan dua kali.

Nama kedelapan adalah Al-Wafiah (Yang Lengkap). Ini karena dia tidak dibagi di dalam salat--tidak dibaca hanya sebagian--seperti surah-surah lain. Sedangkan nama kesembilan Al-Kafiah (Yang Mencukupi), karena dia mencukupi yang lain-lain di dalam salat, sementara yang lain-lain tidak bisa menggantikannya. Untuk salat, seperti yang kita tahu, orang hanya wajib membaca Fatihah dan bukan atau tanpa yang lain.

Hakikat Pembagian. Hadis Abu Sa'id ibn Al-Ma'la. Ia bertutur: "Aku bersembahyang di masjid. Rasulullah memanggilku. Aku tidak menjawab. Baru kemudian aku datang, dan berkata, 'Ya Rasulallah, barusan saya bersembahyang.' Sahut beliau, 'Bukankah Allah sudah berfirman, "Sambutlah Allah dan Rasul-Nya kalau memanggil kamu".' Kemudian kata beliau, 'Akan kuberi tahu kamu sebuah surah, yang adalah surah paling agung dalam Al-Quran, sebelum kamu keluar dari masjid.' Lalu beliau mengambil tanganku. Ketika beliau sendiri bermaksud meninggalkan masjid, aku yang mengingatkan beliau: 'Ya Rasulallah, bukankah Bapak berkata, "Akan kuberi tahu kamu sebuah surah yang adalah surah paling agung dalam Al-Quran"?' Sabda beliau: 'Alhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin. Dialah "Tujuh yang Diulang-ulang" dan "Quran yang Agung" yang aku terima'." (Riwayat Malik).

Dari Ubay ibn Ka'b r.a., katanya: Sabda Rasulullah s.a.w., "Allah tidak menurunkan di dalam Taurat maupun Injil yang sebanding dengan Ummul Quran. Dia adalah Tujuh yang Diulang-ulang dan Al-Quran yang Agung. 'Dia terbagi antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta." (Riwayat Turmudzi dan Nasa'i).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Siapa saja yang mengerjakan satu salat tanpa membaca Ummul Quran maka dia tidak lengkap. Tidak lengkap. Tidak lengkap." Sang perawi menyahut: "Wahai Abu Hurairah. Terkadang saya berada di belakang imam." "Abu Hurairah menyentuh lenganku (perawi) dan berkata, 'Baca sajalah diam-diam, Anak Parsi. Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, "Berfirman Allah Tabaraka Wata'ala, 'Aku sudah membagi salat antara Aku dan para hamba-Ku menjadi dua bagian. Separo untuk-Ku dan separo untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapat yang dia minta.'

Pada ketika si hamba mengucapkan Alhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin, berkata Allah, 'Hamba-Ku memuji Aku'. Ketika ia mengucapkan Ar-rahmaanir Rahiim ("Maha Pemurah Maha Pengasih"), berfirman Allah, 'Aku menanggung hamba-Ku.' Ketika ia mengucapkan Maaliki yaumiddiin ("Penguasa hari pembalasan"), Allah berfirman, 'Hamba-Ku mengagungkan Aku'--dan mungkin juga kata-kata itu 'Hamba-Ku menyerahkan urusannya kepada-Ku.'

Lalu, ketika ia berkata, Iyyaaka na'budu wa-iyyaaka nasta'iin (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), firman Allah: "Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta." Sedangkan ketika ia melafalkan Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathal ladziina an'amta 'alaihim, ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh-dhaalliin ("Tunjukilah kiranya kami jalan yang lurus, Jalan mereka yang Kaulimpahi anugerah, bukan mereka yang kena murka dan bukan mereka yang sesat"), Allah berfirman, 'Yang ini untuk hamba-Ku. Hamba-Ku mendapat yang dia minta'."

Syahdan, hakikat pembagian, yang dijadikan-Nya antara Dia dan hamba-Nya, itu pulang kepada makna, bukan kepada lafal. Karena surah ini, dari jurusan makna, "separonya pujian dan separonya permohonan dan doa". Ini pembagian menurut Al-Khazin, senada dengan hadis di atas, lebih global dibanding yang dibuat Zamakhsyari dan diuraikan Jurjani. Bagian pujian selesai pada Iyyaaka na'budu, sedangkan wa iyyaaka nasta'iin sudah termasuk bagian doa. Karena itulah Ia berfirman, "Ini antara Aku dan hamba-Ku. Hamba-Ku mendapat apa yang dia minta." (Khazin, op. cit.:11-12). Amin.

AYAT KURSI


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Aku ditugaskan Rasulullah saw. untuk menjaga hasil zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seseorang kepadaku, dan mengambil sedikit dari zakat itu.  Maka aku menangkapnya seraya berkata, 'Kamu akan kuadukan kepada Rasulullah. 'Orang itu berkata, 'Biarkan aku, sesungguhnya aku orang miskin, punya banyak anak, dan sangat membutuhkan. 'Maka akupun melepaskannya. Pada keesokan harinya, Rasulullah saw. bertanya kepadaku, 'Hai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu kemarin?'
Aku menjawab,           'Ya Rasulullah, dia mengadukan kemiskinannya dan keluarganya yang banyak, maka aku kasihan dan aku membebaskannya.'
Nabi bersabda,             'Sesungguhnya orang itu berdusta kepadamu, dan dia akan kembali. 'Saya sadar bahwa orang itu akan kembali karena Rasulullah saw. mengatakannya. Maka akupun mengintipnya. Ternyata dia datang untuk mengambil makanan. Maka aku menangkapnya lagi seraya berkata,  'Sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah saw. ' Dia berkata, 'Lepaskanlah aku, sesungguhnya aku sangat membutuhkan dan punya keluarga yang banyak, saya tidak akan kembali. 'Maka aku pun mengasihinya dan membebaskannya lagi. Keesokan harinya, Rasulullah saw. Bertanya kepadaku, 'Hai Abu Hurairah, apa yang telah dilakukan tawananmu kemarin? 'Saya menjawab, 'Wahai Rasulullah, dia mengadukan kemiskinan dan jumlah keluarganya yang banyak, maka     akupun jatuh kasihan dan membebaskannya lagi.
'Nabi bersabda,            'Sesungguhnya dia berdusta kepadamu, dan dia akan kembali.'
Maka pada yang ketiga kalinya aku mengintipnya kembali. Dia datang mengambil makanan. Segera aku menangkapnya seraya berkata : 'Sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah saw. Ini adalah yang ketiga kalinya.
Kamu mengatakan bahwa kamu tidak akan kembali, namun nyatanya kembali lagi.'
Dia berkata, 'Biarkan aku mengajarimu beberapa kalimat yang dengannya kamu akan beroleh manfaat dari Allah.'
Saya bertanya :            'Kalimat apakah itu?'
Dia berkata : 'Apabila kamu hendak tidur, maka bacalah ayat kursi, 'Allah, tiada tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal dan terus menerus mengurus makhluk Nya...'
Dia membaca hingga akhir ayat.
'Maka Allah akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi.'
Maka akupun membebaskannya. Keesokan hari, Rasulullah saw. Bertanya kepadaku, 'Apa yang telah dilakukan oleh tawananmu kemarin?'
Saya menjawab, 'Wahai Rasulullah, dia telah mengajariku beberapa kalimat yang dengannya Allah akan memberiku manfaat, maka aku pun melepaskannya.'
Beliau bertanya, 'Kalimat apakah itu?'
Saya menjawab, 'Dia berkata kepadaku, 'Apabila kamu akan tidur, maka bacalah ayat kursi dari awal hingga dia menyelesaikan ayat: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus-           menerus mengurus makhluk Nya...' Dia berkata kepadaku, 'Allah akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi.'
Para sahabat sangat gandrung kepada kebaikan. Maka Nabi saw. bersabda, 'Dia telah berkata benar kepadamu, dan sebenarnya dia adalah pendusta.
Hai Abu Hurairah, tahukah dengan siapa kamu berbicara selama tiga malam itu?'
Saya menjawab tidak. Nabi bersabda, 'Dia adalah setan.'" (HR Bukhari)